Maksud firman Allah SWT :
"...Barang siapa yang bertawakal kepada Allah tentu diadakanNya jalan keluar baginya, dan memberinya rezki dari pintu yang tidak diduga-duga olehnya. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Tuhan akan mencukupkan keperluannya. Bahkan sesungguhNya Allah pelaksana semua peraturanNya. Dan Allah juga telah menjadikan segala-galanya serba berukuran " (At-Talaq : 2 - 3)
Maha suci Allah, Tuhan sekalian alam, Pencipta Agung Pentadbir Semesta, ucapkanlah syukur, ungkapkanlah puji, tiada ruginya merperhambakan diri kepada tuhan. Baginda junjungan, sosok agung, peribadi mulia, Muhammad Rasulullah, hiasilah hari-hari dengan selawat dan salam buat kekasih tercinta.
Keizinan dari Allah diperoleh lagi untuk saya menarikan jemari di Wadi al Qurra', Alhamdulillah. Melihat kepada kehidupan sebagai manusia, sahabat-sahabat sekalian, kepada saya sendiri terutamanya, ia berkitar tentang pelbagai perkara, dan setiap perkara itulah yang bakal mentarbiah diri untuk lebih bersedia dengan hari-hari muka. Pendidikan kehidupan ini adalah tarbiah yang tidak langsung dari Allah, adakalanya ia sangat seronok, adakalanya ia sangat memilukan, adakalanya ia amat mengelirukan sehingga membuat kita buntu.
Dalam meniti pelbagai ragam kehidupan, ada masanya ia menuntut untuk kita membuat pilihan. Saya senang hati mengatakan sememangnya hidup ini kitarannya tidak lari daripada menuntut kita untuk membuat pilihan, dengan pilihan itulah yang bakal membuat kita sedih, gembira, atau bertambah keliru. Hidup ini adalah pilihan, bagaimana kita mahu hidup, dengan suka, duka atau lainnya, yang memilihnya adalah diri sendiri. Berbicara soal pilihan, adakalanya ia hanya untuk diri sendiri, ada masanya ia perlu melibatkan yang lain, ikutlah situasi, dan pertimbangkanlah sebaiknya.
Qurra' yang dikasihi,
Segala permasalahan manusia, soal pilihan atau apa saja, jika hanya difikirkan dengan akal, ilmu dan perasaan semata tanpa meletakkan tuhan ditempatnya, maka tunggulah masanya untuk merasa kesalnya. Sebagai muslim, bagi membuat satu-satu pilihan, ia bukan sekadar bergantung kepada kebijakan, tetapi lebih utama lagi adalah panduan Allah. Saya yakin terhadap sahabat saya sekaliannya, semua pasti tahu bahawa mengharapkan pandangan Allah itulah yang utama, itulah sebabnya perkataan ISTIKHARAH tidak lekang di bibir kita.
Namun, suka untuk saya membahagikan beberapa situasi yang sering kita hadapi tatkala perkataan ISTIKHARAH masih tidak lekang dibibir :
1. Membuat istikharah dalam keadaan betul-betul mengharap, mendapat petunjuk dan mengikutinya dengan keyakinan yang penuh, merealisasikan ayat FAIZA AZAMTA, FATAWAKKAL 'ALALLAH!, setelah mendapat keyakinan teguhkan pendirian dan bertawakkallah kepada Allah. Jika istikharah, inilah yang sepatutnya dilakukan, jangan diragukan petunjuk Allah, telah dilorongkan kita terhadap sesuatu, maka ambillah, jangan biar nafsu dan perasaan menguasai.
2. Membuat istikharah dalam keadaan betul-betul mengharap, akhirnya diberi satu petunjuk, tetapi tidak sesuai dengan apa yang kita mahu, maka kita mengenepikan ia. Inilah yang bakal menimbulkan kecelakaan yang besar, memohon petunjuknya, tetapi mudah-mudah saja menolak keputusan dari Allah kerna hati tidak suka terhadap perkara yg ditunjukkan, jadi apa gunanya beristikharah, adakah ia sekadar penyedap kata, bila ditanya org, boleh lah menjawab, ya, saya sudah istikharah!
3. Membuat istikharah dalam keadaan mahu tidak mahu, hanya pelengkap syarat saja. Maka jika ini yang dilakukan, jadi apa kita sangka Petunjuk Allah sesuatu barang ciciran yang boleh diperoleh di tepian jalan? Usahlah bersusah payah jika ini keadaannya.
4. Membuat istikharah sedangkan sudah cenderung benar terhadap sesuatu, nafsu dan perasaan sudah pun mengatakan ya pada awalnya lagi, maka natijahnya nanti biasanya akan sesuailah dengan nafsu dan gelojak perasaan semata. Maksudnya disini, membuat istikharah tetapi tidak mengharap sepenuhnya pada Allah, maka keputusan yang diperoleh nanti hanyalah mengikut apa yg dimahukan nafsu dan perasaan semata.
5. Membuat istikharah dan diberikan petunjuk, cumanya hati masih ragu, maka cubalah ulangi istikharah itu agar hati benar-benar mantap, pintalah keyakinan dengan sebenar-benarnya, jangan ragu lagi selepas itu, jangan biarkan kita salah seorang yang menolak hidayah Allah!
Saya sengaja meletakkan beberapa situasi seperti di atas, ia berdasarkan pengalaman sendiri dan pegalaman sahabat yang lain. Itulah hakikatnya manusia, berbeza-beza. Tidak perlu untuk saya lanjutkan dengan mengulas lebih panjang terhadap situasi yang telah disenaraikan, semua sudah arif benar rasanya untuk menilai yang mana satu cara sebetulnya bila mahu istikharah.
Setelah istikharah, ramai benar yang mahu menunggu mimpi, saya ingin tegaskan bahawa petunjuk, ilham atau apa pun namanya bukan hanya datang melalui mimpi. Ada perlunya untuk kita bermusyawarah dengan mereka yang lebih arif, lebih berpengalaman, terhadap masalah yang dihadapi, lihatlah pendapat mereka secara keseluruhannya, tapislah yang terbaik dan jadikanlah ia sebagai pelengkap keyakinan, sesungguhnya petunjuk dan ilham dari Allah boleh juga datang dalam bentuk musyawarah atau perbincangan.
Kepastian dan keyakinan yang timbul di dalam hati juga adalah bentuk ilham serta petunjuk Allah. Ia akan membuatkan kita berasa yakin dalam membuat sesuatu keputusan, carilah keyakinan dan kepastian itu. Selain itu, petunjuk dan ilham dari Allah juga datang dalam bentuk keadaan serta suasana, dalam keadaan tidak disangka, dihadirkan kita dengan satu keadaan, memandu kita ke arah sesuatu, memudahkan bukan menyusahkan, maka itu jua salah satu cara Allah membantu hambaNya membuat pilihan.
Sebenarnya ramai di antara kita yg suka memohon petunjuk, istikharah dan sebagainya, namun ada suatu masalah yang timbul, kita tidak sedar hadirnya petunjuk itu akibat daripada masalah hati dan dosa. Allah telah membuka ruang yang luas untuk kita, memberi petunjuk yang jelas, tetapi hati kita sukar mentafsir, gelap, tidak mampu membaca, melihat saja petunjuk itu berlalu pergi, alangkah meruginya jika ini yang terjadi. Pohonlah jua kepada Allah untuk menjernihkan hati, agar senang dan mudah memahami. Jika sudah nampak, jangan pula biarkan, kita mesti menyahutnya.
Maksud firman Allah SWT :
"Katakanlah : Aku berlindung kepada tuhan (yang mengusai dan memelihara) manusia, raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan bisikan was-was pembisik (syaitan) yang biasa bersembunyi" (An-Nas : 1 - 4)
Jika benar istikharah kita, jangan bicara soal keraguan, kerna keraguan itu datangnya dari syaitan, jika hati masih ragu, berasa tidak enak, timbul masalah masalah yang lain pula, maka ada baiknya untuk menilai kembali, kerna pasti ada sesuatu yang tidak kena. Kadang-kadang kita merasakan apa yang diputuskan itu telah benar sekali, apatah lagi setelah istikharah, cumanya rasa benar itu bukan datang dari Allah, cuma dari nafsu dan perasaan, maka akan adalah lanjutannya dengan rasa tidak kena, timbul hal-hal yang kurang sesuai berlaku, maka ini juga caranya Allah mahu mengingatkan kita sebenarnya. Janganlah menyamakan antara keputusan mainan perasaan dengan keputusan dari Allah, ia amat berbeza, yang datang dari perasaan cuma pasti akan menambah keliru, tetapi jika ia benar-benar datang dari Allah, maka ia pasti akan lancar saja dan tiada lagi rasa tidak kenanya, hati akan tenang, insyaAllah.
Janji syaitan kepada Allah:
"Dan aku akan benar-benar menyesatkan mereka, dan membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka.." (An-Nisa' : 119)
Petikan dari,
www.iluvislam.com
Oleh: mzulhairi
Editor: cincaugoreng
~mutiara-mutiara bertaburan~
No comments:
Post a Comment