Tuesday, June 16, 2009

Melankoli yang Tersimpan


Dengan nama ALLAH yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang


Pada 13 Jun 2009, dunia Islam telah kehilangan sebutir mutiara yang sangat berharga, Dr Fathi Yakan yang banyak memberi sumbangan kepada gerakan Islam.


"Apa ertinya saya menganut Islam" merupakan buku pertama yang saya baca ketika mula mengenali dengan gerakan Islam. Di mana naqibah saya mewajibkan agar semua sahibah halaqah membeli dan menghadam buku ini dengan baik.


Marilah kita sama-sama berdoa agar ALLAH menempatkan rohnya di kalangan para solihin dan siddiqin. Al-Fatihah.






Bangkitlah Wahai Diri


Dengan nama ALLAH yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang


Dalam kehidupan ini adakalanya kita akan berasa gembira dan adakalanya kita akan berasa durja. Kadangkala juga kita terasa sangat bersemangat (eager) dan bermotivasi untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan adakalanya kita terasa tidak bersemangat, hilang mood dan sebagainya apabila melakukan sesuatu pekerjaan. Realitinya, sudah menjadi “rules of life” (sunnatullah) tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengelakkan diri daripada sesuatu yang tidak disenangiya.


Post kali ini, saya ingin berkongsi dengan sahabat sahibah beberapa ayat Al-Quran yang menjadi pembakar semangat saya dan beberapa frasa yang saya amat suka,


Nah lihatlah ini,


“Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLAH, nescaya Dia akan membukakan untuknya jalan keluar, dan Dia akan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada ALLAH maka ALLAH akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya ALLAH itu melaksanakan urusanNya. Sesungguhnya ALLAH telah mengadakan ketetapan untuk sesuatu”

(At-Talaq:2-3)


“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(Al-Insyirah:5-8)


“Sekiranya hambaKu bertanyakan kau (Muhammad) berkenaan Aku, maka sesungguhnya Aku adalah amat dekat”

(Al-Baqarah:186)


“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) ALLAH, nescaya Dia akan menolongmu dan mengukuhkan kedudukanmu”

(Muhammad:7)


“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi ALLAH. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan ALLAH tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri”

(Al-Hadid:22-23)


“……Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila ALLAH menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain ALLAH”

(Ar-Ra’d:11)


Beberapa frasa yang saya suka,


“ Takdir Tuhan itu berada di hujung usaha manusia”

~Ayat-Ayat Cinta, Habibburrahman El-Shirazy~


“ Success is the ability to go from one failure with no loss of enthusiasm”

~kata-kata ayah saya~


“ Melakar langit sejarah, membina awan impi, bila aku menjejak, maka ia akan menjadi pasti”

~Langitilahi, Hilal Asyraf~


Untuk memastikan awan impi menjadi pasti, terlebih dahulu kita mestilah bersikap optimistik (selalu menaruh harapan yang positif terhadap sesuatu) bukannya bersikap pesimistik. Orang yang pesimis sering beranggapan bahawa tidak ada bahagia di dunia ini, sering berasa kecewa serta hilang kepercayaan kepada sesuatu.


Maka,


Bangkitlah wahai diri , membina awan impi, agar diri mampu menggapai bintang di langit yang tinggi!


~mutiara-mutiara bertaburan~



Rujukan

1) Terjemahan Al-Quran Syaamil

Saturday, June 6, 2009

Follow Through with the Do


In the name of ALLAH the Most Gracious and the Most Merciful



Dear friends, can I ask you some questions?



Do you have a dream?



Did you once have a dream?



I was amazed to read and listen of the failures and hardships that various famous people had borne (bring) in their pilgrimage to the top. It will make me enthusiasm to move forward when I facing a problem or any difficult situation. It reminds me the word…


“Wherever you may be, no matter your lack of resources, regardless of your apprehensions (worries), whatever they say, and whatever the odds, just do something to get yourself moving in the right direction. Action is the key; inertia has never made anyone great”
(Wes Beavis, author of motivational book)


Yeah, that is true!



To be a good Muslim or become the person we dream of being, we have to commit ourselves to a course of action. I repeat ACTION! By doing action, it will keep us move and expose us to the possibility of success.



Nevertheless, others prefer to avoid the possibility of the embarrassment from making a mistake or rejected. That is true! Nobody appreciates being rejected but people who are success will escape the potential of rejection by deciding to do nothing that would expose them to the possibility. If we want to do something or change significant with our live, we must stick our head up.



I am not denied that feelings of apprehension (worries) always accompany people who step out of the comfort zone. The anticipation (expectation) of upcoming discomfort causes many people to turn their backs on the life-changing challenge that lie one step before them. So, what happens to these people? Nothing! Nothing exciting ever happens to them. They stay safe in the comfort zone, only ever thinking about something new and exciting. They may be said;



“Oh, I might do this….”




“Oh, I might do that…”



“One day I’ll try this…”



But for all their thinking about doing something, they never actually do anything! They talk, wish and dream, but they never taste the sweetness of new experiences because they never “follow through with the do”!



It reminds me the verse in the Quran said:



“O Jamat-ul-Momineen, do not make tall claims which you cannot substantiate. You must do whatever you say you will. Harmony in what you say and do is the only proof of truthfulness of your Eiman. According to the Divine Law it is most loathsome and questionable that you say you will do something, which then you do not do”.
(As-Saff: verse 3 & 4)



And one proverb said:



Action is power than word



Some people feel that their plan is not very grand compared to what others have produced. That may be true, but have you ever heard that anyone whose first composition went to number one in the charts; or whose first story was made into a movie; or whose first speech was to the United Nations; or whose first laboratory experiment created a cure?



Therefore, I want to bring you back to sirah. Are you still remembered the story (sirah) of the prophet Muhammad saw and his friends opened Makkah? We can take a lesson from that story which implied that everyone of greatness has stories of humble beginnings. That is what makes them great. They realize where they have come from and what it takes to get where they are now. They know it didn’t happen by an accident, and while the scenery on their journey may be unique to them, they know their experience has one thing in common with all others. It started by deciding to emerge from the comfort zone and do something!



To never “FOLLOW THROUGH WITH THE DO” increases the probability that later in life we may live with regret that we didn’t try harder to become what we dreamed. Thus, I want to keep on remind especially myself and all friends, instead of us just thinking and talking about doing something let’s we “FOLLOW THROUGH WITH THE DO”



“LET’S FOLLOW THROUGH WITH THE DO!”



~mutiara-mutiara bertaburan~





References
1) Beavis, W. J. 1994. Become The Person You Dream of Being. United States of America. Powerborn Publishing. pp. 41-61.



2)http://www.parvez-video.com/quran/summary/surah_as_saff/index.asp


Tuesday, May 26, 2009

Kem Anak Soleh


KEM ANAK SOLEH (KASEH IV)

Tarikh: 29 - 31 MEI 2009

Tempat: KEM RIMBA RIA SUARA HUTAN, SG. CONGKAK

Peserta: 9 - 14 tahun

Anjuran: Ikatan Siswazah Serdang (ISIS)


Sebarang pertanyaan:Nur Faezah (017-6286393)

Mohd Azaanuddin (013-2506031)

@


Sunday, May 24, 2009

Dilema


Lihatlah panorama dunia
Wanita bagaikan hilang rasa malunya
Maruah yang menjadi maharnya
Tergadai sia bagai tiada berharga

Di manakah budinya
Di manakah akhlaknya
Sungguh pilu dan sayu mengenangkannya
Santun tiada lagi nafsu memimpin hati
Kehormatan diri tidak dipeduli

Oh wanita kembali menginsafi
Kepada asal fitrah kejadianmu
Diciptakan untuk dihormati
Sentiasa diredhai Tuhan Pencipta

Kembali kepadaNya juga pada rasulNya
Pasti dihadirkan taufiq dan hidayahNya

Di manakah budinya
Di manakah akhlaknya
Sungguh pilu dan sayu mengenangkannya
Santun tiada lagi, nafsu memimpin hati
Kehormatan diri tidak dipeduli

Kembalilah ke arah kemuliaan
Contohi peribadi ummul mukminin
Rasulullah dijadikan suami
Tertawan kerana keluhuran pekerti
Bukan kerana harta
Bukan kerana nama
Tapi kerana budi yang disanjungi

Kembalilah..

Wanita perhiasan dunia
Bagai kilau permata di antara kaca
Sayangnya makin pudar cahaya
Hingga tiada lagi beza di antaranya



~Hijjaz~



~mutiara-mutiara bertaburan~


Mencari BAHAGIA di Jalan Raya


Dengan nama ALLAH yang Maha Pemurah lagi Maga Penyayang

Ketika memandu pulang ke rumah baru-baru ini saya benar-benar teruji. Jalan raya menuju ke Kuala Lumpur begitu sesak sekali. Terasa seperti merangkak menuju destinasi. Sedaya upaya saya cuba mengelak daripada menempuhi kesesakan yang menggila ini dengan mencari jalan alternatif. Saya memasuki lorong susur keluar ke Lebuhraya Duke dengan harapan saya akan menemui Lebuhraya Karak. Malangnya saya tersalah memasuki jalan menghala ke Petaling Jaya. Bukan sahaja itu, perjalanan yang sepatutnya mengambil masa setengah jam dari UPM ke Gombak telah menjadi 2 jam. Jangka masa perjalanan seperti dari Kuala Lumpur ke Melaka! Ditambahkan lagi, kereta saya hampir kehabisan minyak. Sangat menguji kesabaran.

Dalam keadaan seperti itu, saya teringat akan artikel Mencari Cinta di Kesesakan Jalan Raya yang ditulis oleh Pahrol Mohamad Juoi. Kesesakan lalu lintas adalah praktik mujahadah para sufi di akhir zaman. Di mana jalan raya kini hakikatnya “ladang” untuk menuai kesabaran, timbang rasa, kemaafan dan lain-lain sifat mahmudah. Cuba kita bayangkan. Sesak yang begini sudah terasa seksa bagaimana pula sesak di Padang Mahsyar? Dalam belaian hawa dingin kereta pun masih terasa “seksanya” menunggu, inikan pula penantian dalam kepanasan di Akhirat nanti. Mampukah kita?



“Huh… terkena betul rasanya pada diri sendiri. Relax lah tak perlu nak rush..”, saya bermonolog intrasik.


Sebenarnya, apabila menghadapi kesesakan lalu lintas, pemandu-pemandu di lebuh raya terbahagi kepada 3 golongan (persis pembahagian golongan manusia di Padang Mahsyar nanti).



Golongan pertama- golongan yang hilang sabar. Mereka ini terus sahaja memasuki lorong kecemasan dan memecut ke hadapan, memintas orang lain serta melanggar undang-undang. Ramai juga yang berbuat begitu. Asalkan matlamat diri tercapai. Peduli apa undang-undang atau nilai-nilai murni. Disaman polis? Alahai setakat dua atau tiga ratus ringgit, tidak menjadi masalah. Bayar dan redah sahaja!

Golongan kedua- tidak seberani golongan yang pertama. Hendak redah? Kalau kena saman bagaimana? Nanti dilihat orang lain bagaimana? Rasa malu dan segan masih ada tetapi dalam hati, hanya ALLAH sahaja yang tahu betapa geramnya melihat golongan pertama begitu “daring” dan “kurang ajar”. Hendak redah seperti golongan pertama? Tidak sama sekali. Jadi? Teruskan perjalanan dengan hati yang “terseksa”. Muka berkerut dan geram. Jika terperangkap 2 jam, 2 jam itulah hilang kebahagiaan dan ketenangan.

Golongan ketiga- mereka yang tenang dan senang-senang sahaja. Sesak? Biasalah tu. Semua orang ingin cepat. Apa maknanya cepat tapi hilang nilai sabar, timbang rasa, tolak ansur dan hormat-menghormati, begitu bisik hati mereka. Mereka tahu apa yang perlu “dikejar” dalam hidup ini. Terseksa? Tidak sekali. Sebaliknya mereka bahagia dan bersedia. Mereka telah bersedia dengan ‘bahan’ atau ‘alat-alat’ tarbiyah dan hiburan di dalam kereta.

Hah bagaimana?

Ketiadaan cinta, bahagia serta hati yang sejahtera di jalan raya adalah menjadi asbab berlakunya kemalangan. Apabila manusia dikuasai marah, kecewa, dendam, putus asa dalam kehidupan… segala-galanya dihamburkan semasa memegang stereng kereta.

Nah, lihatlah,

Daripada Shuhaib r.a., sabda Rasulullah saw, bermaksud, “Sungguh menakjubkan urusan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah kebaikan. Apabila mendapat nikmat, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, apabila ditimpa ujian (kesempitan), maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”.

Justeru, bahagiakanlah hatimu di jalan raya dengan cara bermuhasabah, mendengar ceramah atau tazkirah di dalam radio atau kaset, mendengar lagu, menyanyi, melihat pemandangan yang indah, berdiskusi dengan sesiapa yang bersama kita di dalam kereta serta pelbagai aktiviti yang bermanfaat yang boleh kita lakukan untuk menggembirakan hati ketika terperangkap di jalan raya. Selamilah dasar hati kita, dan percayalah bahawa sesungguhnya bahagia itu terikat pada hati yang punyai sifat redha dan tawakal yang tinggi kepada ALLAH swt.



Senang dan bahagiakanlah hatimu ketika di jalan raya!



~mutiara-mutiara bertaburan~




Rujukan
1) Pahrol, M. J. 2009. Mencari Cinta di Kesesakan Jalan Raya. Majalah SOLUSI. Isu No. 5. Telaga Biru.
2) Ditakhrij Muslim. 8/125 dalam al-Zuhud.

Wednesday, May 13, 2009

"Sorry because I'm not a good lecturer"


Dengan nama ALLAH yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

“Huh…” saya menghela nafas…

Minggu ini adalah minggu terakhir saya menjalani Latihan Praktikal di Advanced Agriecoloical Research di Sunagi Buloh. Pengalaman menjadi pembantu penyelidik (RA) di sini banyak mengajar saya. Pelbagai perasaan yang berbaur gembira dan sedih menyelubungi diri.

Saya masih terfikir akan peristiwa semalam.

“Salam. Dr, may I see you today at your office at 2.30pm”

Saya menghantar 1 Khidmat Pesanan Ringkas (SMS) kepada supervisor saya. Selepas beberapa minit kemudian. Tut.. tut…Menandakan saya menerima 1 SMS.

“OK”

Balas supervisor saya. Sebenarnya dari hari Sabtu lagi saya bertungkus lumus membuat pembetulan Laporan Projek Tahun Akhir saya. Sehinggalah semalam akhirnya saya dapat menyelesaikannya.

Sekiranya saya bertanyakan kepada mana-mana pelajar Fakulti Pertanian, UPM, siapa tak kenal Dr Jamal pensyarah bagi subjek SST 4303 Soil Conservation dan BIP 3401 Biometry? Beliau adalah pensyarah yang bersungguh-sungguh, penyayang, penyabar, mudah mesra dengan pelajar, prihatin, kelakar, low profile dan gayanya bersahaja. Walaupun usianya sudah melepasi separuh abad serta bergelar lecturer contract namun kegigihan serta minat beliau untuk mengajar tidak pernah padam. Beliau sering memperbaharui nota kuliahnya serta memberikan ilmu tambahan kepada kami.

Namun, kata-kata beliau semalam benar-benar menyentuh kalbu saya sebagai seorang anak dan pelajar.

“I’m sorry because I am not a good lecturer” kata Dr Jamal.

MasyaALLAH, Dr Jamal yang minta maaf pada saya. Tidak sepatutnya saya menyusahkan beliau pada hari itu. Sepatutnya, saya yang perlu meminta maaf padanya. Bayangkan, walaupun dia akan bertolak ke Amerika Syarikat pada malam itu (hari yang sama saya berjumpa beliau pada petang itu) namun dia tetap meluangkan masa untuk saya. Saya terdiam. Tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata. Semahu-mahunya saya cuba menahan air mata yang bergenang.

Sebenarnya hampir 4 semester saya bersama dengan Dr Jamal. Dr Jamal merupakan pensyarah bagi subjek Biometri bermula pada semester 4 iaitu pada tahun 2 pengajian saya di UPM. Kemudian pada semester 6 dan 7 beliau menjadi supervisor bagi Projek Tahun Akhir dan dan pada masa yang sama juga beliau mengajar saya bagi subjek Soil Conservation.

Untuk dijadikan cerita, banyak masalah yang saya timbulkan sepanjang Projek Tahun Akhir saya. Bermula dengan penyediaan proposal, pembentangan proposal (viva), kerja-kerja eksperimen di lapangan dan makmal serta kerja-kerja penyediaan laporan Projek Tahun Akhir (thesis). Pendekkan cerita seringkali saya menghantar lewat kerja-kerja saya padanya. Namun, beliau tidak pernah memarahi saya malah sentiasa sabar dengan sikap saya sehinggalah semalam kata-katanya benar-benar membuatkan saya terharu dan perasaan bersalah benar-benar meneyelubungi diri saya. Terasa, diri ini tidak berguna serta benar-benar menyusahkan orang lain. Namun, saya bertekad untuk memperbaiki diri serta berjanji pada diri agar tidak mengulangi kesilapan yang sama serta tidak mahu mengecewakan orang lain.

Saya akui, saya tidak bijak membahagikan serta menguruskan masa saya dengan baik. Saya perlu bijak dari segi aulawiyat. Keterlibatan saya dalam persediaan program pertukaran pelajar ke luar negara bukanlah alasan untuk saya menghantar lewat kerja-kerja akademik serta bukanlah alasan untuk saya tidak bergerak kerja dalam jemaah. Benarlah kata pepatah Melayu ‘Sudah terhantuk, barulah tengadah (memandang ke atas)’. Dan apabila kesusahan melanda hidup, barulah kita akan terasa senang untuk kembali kepada ALLAH, mengadu kepadaNya serta menangis padaNya.

Saat-saat sukar inilah, beberapa ayat-ayat langit menjengah diri…

“Sekiranya kamu membantu agama ALLAH, maka ALLAH akan membantu kamu, dan mengukuhkan kedudukanmu”
(Muhammad:7)




“Sekiranya hambaKu bertanyakan kau (wahai Muhammad) berkenaan Aku, maka sesungguhnya Aku adalah amat dekat”
(Al-Baqarah:186)




“Dan berkata Rabb kamu, berdoalah kepadaKu, nescaya akanKu perkenankan”
(Al-Mu’minun:60)



“….sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila ALLAH menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”
(Al-Ra’d:11)



Ya, memang benar ujian hidup itu diibaratkan seperti guru yang tidak bercakap Hakikatnya, ujian hidup itu sangat mengajar dan mendidik. Ujian hidup merupakan komunikasi tanpa suara antara Tuhan dengan hambaNya. Kehidupan ini adakalanya penuh dengan kesukaran. Tetapi harga kesukaran itu dibeli dengan mahal oleh ALLAH swt dan menyebabkan kita berlapang dada dengan segala kesukaran yang mendatang.

Teringat akan saya pepatah Inggeris yang berbunyi ‘Every cloud has a silver lining’. Setiap perkara yang menimpa pada diri kita pasti ada hikmah yang terselit dan tersembunyi. Kata-kata Dr. Jamal sebagai pensyarah, supervisor serta ayah tetap akan saya sematkan dalam hati sehingga bila-bila. Saya berjanji pada diri untuk bangkit, berusaha bersungguh-sungguh untuk memperbaiki diri, merancang serta menguruskan masa saya dengan sebaik mungkin serta berusaha untuk menjadi mahasiswa muslim yang cemerlang di dunia dan di Akhirat. Saya tidak mahu menjadi seorang Da’ie yang memberi fitnah kepada Islam atas segala kesalahan serta kesilapan yang saya lakukan.

Ilmu itu diibaratkan seperti cahaya yang menyuluh jalan kehidupan. Ilmu itu adalah hak mutlak ALLAH. Dia berkuasa untuk memberi serta menarik balik ilmu yang Dia berikan pada kita. Sebagai seorang muslim, kita digesa untuk memantapkan diri kita dengan ilmu untuk mengembalikan kegemilangan Islam. Selain itu juga, kita digesa untuk menghormati serta menghargai pengorbanan seorang guru.

Firman ALLAH swt berkenaan ilmu,

“…ALLAH akan mengangkat (darjat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa darjat. Dan ALLAH Maha Teliti apa yang kamu kerjakan”
(Al-Mujadalah:11)

Kata-kata pensyarah saya itu, benar-benar mengingatkan saya tentang betapa besarnya pengorbanan seorang tenaga pendidik kepada pelajarnya dalam membina potensi diri, serta membantu pelajarnya untuk menjadi insan yang berguna serta berjaya dengan cemerlang di dunia dan di Akhirat. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan “Selamat Hari Guru” kepada seluruh warga pendidik. Moga ALLAH merahmati serta meredhai pengorbanan kalian. Untuk guru-guru serta para pensyarah yang pernah mengajar saya, terima kasih. Saya tidak akan menjadi seperti saya sekarang tanpa pengorbanan cikgu (pendidik). Tiada ungkapan yang lebih bermakna selain mendoakan agar cikgu (pendidik) semua sentiasa dalam rahmat ALLAH serta ditambahkan amal kebajikan sebagai bekalan di Akhirat kelak.

Kepada Dr. Jamal, “I am sorry Dr., I know that I am not a good student but I strive my best to make you not disappointed”



“MARI MEMPERBAIKI DIRI”



‘yang sentiasa mengharapkan keampunan ALLAH’



~mutiara-mutiara bertaburan~




Rujukan

Hilal Asyraf, 2009. Kalaulah Itu Dunia.

www.ms.langitilahi.com